Kamis, 05 April 2012

Sinopsis Rooftop Prince Episode 1

Kita buka drama ini dengan kembali kea bad 18 pada masa Joseon, dimana seekor kucing sedang mengeong di atas atap. Di dalam kamarnya, Putra Mahkota Yi Gak terbangun dan mendapati dirinya sendirian di tempat tidur.
Dia bertanya apakah istirnya ada di luar, tapi sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari siapapun. Ini merupakan tanda bahaya – bangsawan tidak pernah ditinggal tanpa penjaga – dan Yi Gak menjadi was2. Seorang kasim tiba dan menyampaikan kabar buruk.
Para penjaga dikerahkan dan Yi Gak berlarian di istana, tiba di pinggir kolam dimana sesosok mayat mengambang: istrinya. Yi Gak memanggil-manggil istirnya, sambil berusaha melawan penjaga yang menahannya sebelum dia jatuh ke kolam juga. Tubuh putri mahkota terlihat mengapung di kolam namun terlihat juga tubuh Yi Gak dengan kostum modern.
Kita mundur sedikit ke masa anak2, saat Yi Gak ditanyai oleh ayahnya, Raja, wanita seperti apakah yang ingin dia nikahi. Yi Gak menjawab kalau dia ingin wanita cantik jadi bisa dia pandangi setiap hari. Yah, anak laki2 selalu sama saja dari jaman ke jaman!
Keputusan kerajaan sudah ditetapkan untuk mulai mencari wanita muda agar dapat menjadi putri mahkota. Dua orang kakak adik begitu senan; sebagai putri seorang menteri, mereka juga ada dalam daftar pencarian itu.
Yang mengejutkan, ayah mengumumkan kalau putri yang akan diikutkan dalam pemilihan putri mahkota adalah Bu Yong, putrid bungsu. Semua orang kaget, sebab telah mengharapkan kalau sang anak sulung yang akan dinikahkan. Hwa-yong, sang putri sulung, tentu saja sakit hati. Dia meneteskan air mata kemarahan, tapi dia setuju untuk mempersiapkan adiknya ikut pemilihan. Maju ke masa kini, ketika kedua gadis itu bertemu lagi. Dalam kehidupan kali ini mereka tidak lagi punya ikatan darah, meski begitu mereka menjadi saudara tiri saat kedua orang tua mereka menikah. Sekarang nama mereka Park-ha (yang nantinya diperankan Han Ji-min, sang adik) dan Se-na (nantinya diperankan Jung Yu-mu, sang kakak). Se-na menjadi kakak yang jutek untuk Park-ha yang periang dan dengan cepat Se-na menjadi anak yang bermasalah, serta selalu menumpahkan kesalahan pada adiknya. Suatu hari, Se-na meninggalkan Park-ha tidur siang di bak belakang sebuah truk yang tertutup terpal sedangkan Se-na melakukan sesuatu. Ketika Se-na kembali menjemput Park-ha, dia mendapatkan sebuah ide.
Setelah melawan hati kecilnya (Se-na masih punya bagian dari dirinya yang baik. Namanya juga manusia. Dalam diri setiap manusia memang ada sifat baik dan buruk. Kitalah yang memilih. Kalo memilih sifat baik berarti kita akan menjadi baik. Begitu pula sifat buruk.), Se-na membiarkan sopir truk itu pergi tanpa mengatakan apapun untuk menghentikannya. Park-ha bangun tepat waktu menyaksikan Se-na melihat truk itu pergi, dengan dirinya masih berada dalam truk. Park-ha berteriak minta tolong, tapi Se-na malah berbalik.
Dendam yang sama juga hadir diantara kakak adik Bu-yong-Hwa-yong pada masa Joseon. Hwa-yong berpura-pura gembira untuk adiknya dan menyiapkan adiknya untuk mengikuti pemilihan putri. Bu-yong tahu kakaknya kecewa dan berusaha menghibur. Tapi ini merupakan masalah yang tidak bisa dia selesaikan. Malam sebelum pemilihan dilakukan, Bu-yong menawarkan kakaknya buah kering. Hwa-yong menolak, meski begitu dia memaksakan senyum sambil menyetrika baju adiknya. Hwa-yong memikirkan alat setrika yang panas itu dengan pertimbangan yang tidak adil, tapi ini menjadi masalah yang membuat semua kejadian yang terjadi nantinya menjadi nyata. Hwa-yong melompati bajunya selagi mencari buah kering yang jatuh dan alat setrika itu mengenai pipi adiknya. Ayah sangat marah dan harus mengganti nama yang akan ikut pemilihan. Dan begitulah, Hwa-yong menikah dengan putra mahkota sedangkan Bu-yong harus menghabiskan seumur hidupnya memakai masker untuk menutupi luka bakar di pipinya.
Mereka tumbuh dewasa dan Bu-yong menjadi semacam bayangan bagi kakaknya, ikut kemana pun kakaknya jalan2 di istana. Bu-yong menghabiskan waktu membuat sulaman yang nantinya sulaman itu akan dibuat seolah-olah hasil karya Hwa-yong dihadapan suaminya. Hwa-yong berdandan dan Yi Gak memuji Hwa-yong karena sulaman kupu-kupunya yang indah. Yi Gak mengutip sebuah puisi dan memandang istrinya menantikan sebuah jawaban yang lucu. Hwa-yong melayangkan tatapan gugup kepada adiknya, yang malah menjawab puisi itu. Bu-yong mencintai pria yang seharusnya menjadi suaminya, yang berpikir kalau karya yang dia buat merupakan karya orang lain, yang bahkan tidak tahu bagaimana wajahnya.
Yi Gak terkesan dengan jawaban adik iparnya dan mereka saling lempar puisi untuk beberapa saat. Hwa-yong menjadi tidak suka dan berusaha bergabung dalam percakapan itu. Tapi Yi Gak sudah terperangkap dalam permainan kata2 itu dan malah memberikan Bu-yong teka teki untuk dipecahkan. Yap, Yi Gak yang bilang ingin punya istri cantik malah terjebak dengan gadis pintar. Hwa-yong hanya mampu menjawab hal2 buatan sedangkan teka teki yang diberikan Yi Gak sama sekali tidak mampu dia jawab. Teka teki Yi Gak: Apa yang mati meski pun hidup dan hidup meski pun mati? Bu-yong mengulang kalimat itu dan Hwa-yong tertawa karena itu tahu jawabannya. Kita maju sedikit ke depan. Kembali ke adegan saat Yi Gak harus menghadapi kematian istrinya. Mengambil alih semua kendali, dia memerintahkan penyelidikan kejadian menyedihkan itu dan bersumpah akan menemukan pembunuhnya, jadi dia bisa mencabik-cabik pria itu (bagaimana kalau pembunuhnya ternyata seorang wanita?). Saat Yi Gak mulai menangis, kupu-kupu dalam sulaman itu menjadi nyata, dan menjadi sebuah pola dalam lintas waktu selanjutnya.
New York di jaman modern. Yi Gak berdiri di seberang jalan – atau orang ini Tae-yong di kehidupan yang sekarang. Melihat kupu-kupu, Tae-yong berusaha menangkapnya, tapi dia malah tertarik pada gadis di seberang jalan: Park-ha, sedang menjual buah. Dua anak laki2 mencuri apel dan Park-ha melempari salah satu anak itu tapi lemparan itu malah mengenai kepala Tae-yong. Sepupunya, Yong Tae-mu tiba, baru saja sampai di New York dari Korea. Dia datang tepat waktu membantu Tae-yong, dan memungkinkan Park-ha mengejar pencuri kecil itu.
Tae-yong dan Tae-mu pergi minum2, dan mereka bertemu lagi dengan Park-ha, yang kali ini bekerja di bar. Sebagai seorang kakak yang baik, Tae-mu melihat ketertarikan adiknya dan berubah diri menjadi mak comblang, lalu menyuruh Tae-yong mengajak Park-ha berkencan. Tapi Tae-yong menolak dan dia pun kehilangan kesempatan. Park-ha mendapatkan berita gembira: dia sudah menemukan ayahnya dan sekarang akan menuju Korea. Tae-yong dan Tae-mu pergi menuju Yacht Tae-yong, soalnya mereka ini berasal dari keluarga super kaya. Meski begitu, mereka punya kehidupan dan pekerjaan yang berbeda. Perusahaan keluarga itu dijalankan oleh nenek dan kedua ayah mereka juga bekerja disana. Tae-mu, seorang pebisnis sejati, bekerja keras untuk perusahaan itu sedangkan Tae-yong merupakan seorang seniman yang tinggal di New York dan mengejar kesenangannya sendiri. Perbedaan mereka berasal dari kelahiran mereka yang tidak sama. Ayah Tae-mu adalah anak tiri jadi mereka tidak ada hubungan keluarga dengan nenek. Karena itulah mereka tidak merasa cukup bagus dan Tae-mu tidak pernah berani memanggil CEO mereka ‘nenek.’ Sedangkan, Tae-yong adalah cucu kesayangan dan dia mengatakan pada kakak sepupunya itu kalau mereka semua keluarga.
Tae-mu mengatakan kalau dia ada disini untuk mengajak Tae-yong kembali ke Korea atas perintah nenek. Sudah waktunya Tae-yong mengambil alih posisinya di perusahaan. Tae-yong tidak punya keinginan untuk menjadi ahli waris keluarganya dan ingin memberikan semua warisan pada paman dan sepupunya. Tae-mu berteriak pada Tae-yong, mengingatkan Tae-yong posisi mereka dalam keluarga itu. Suasana memanas dan Tae-yong mendorong kakak sepupunya karena saking putus asanya, tapi Tae-mu malah balas mendorong Tae-yong, yang membuat Tae-yong jatuh ke laut. Kepala Tae-yong terbentur sesuatu saat terjatuh. Tae-mu bersiap menyelamatkan Tae-yong, tapi di detik2 terakhir dia ragu2. Ini mirip Se-na. Dia memandangi Tae-yong mengambang kemudian Tae-mu mulai membersihkan bekas sidik jari dari kapal itu. Dia menemukan hp Tae-yong, yang berisi foto mereka yang diambil hari ini lalu membuangnya ke laut. Lalu dia melompat ke air dan berenang menjauhi tempat itu.
Ketika Tae-mu kembali ke Korea, pacarnya menyambutnya dan ternyata pacar Tae-mu adalah Se-na! cocok banget. Tae-mu melaporkan pada keluarganya kalau Tae-yong menghilang, dan dia tidak mengingkari kalau dia tahu atau percaya kalau Tae-yong mati. Tae-mu mengatakan kalau dia tidak dapat menemukan Tae-yong di New York dan tidak ada yang tahu dimana Tae-yong berada. Park-ha juga tiba di Korea dan mendapatkan kecocokan tes DNA. Ayahnya begitu ingin menemukan Park-ha dan mendapatkan info itu di database DNA. Hanya saja masalahnya… ayahnya sudah meninggal.
Park-ha tiba di pemakaman ayahnya, terlambat sehari. Se-na juga tiba disana memakai pakaian berkabung tapi dia sama sekali tidak sedih dan dia bertanya-tanya siapa gadis yang menangis di altar. Dia marah saat menyadari kalau gadis itu Park-ha, dia seperti takut – tapi untungnya, Park-ha tidak ingat padanya. Dia pernah mendapatkan luka di kepalanya akibat kecelakaan mobil dan tidak mengenali Se-na. Kembali ke masa Joseon. Yi Gak mendapatkan perlawanan dari dewan mengenai penyelidikan kematian istrinya. Yi Gak mengatakan kalau kematian itu merupakan pembunuhan tapi tidak seorang pun ingin membuka kaleng ulat politik dan tidak ingin membuat tuduhan semacam itu. Ayah sang putri sendiri mengatakan kalau Hwa-yong suka sekali jalan2 di malam hari.
Kepala polisi melaporkan kalau dia menemukan saksi: seorang dayang istana mengatakan kalau putri berjalan di pinggir kolam lalu terpeleset. Dayang itu lari karena ketakutan, berusaha melawan para penangkapnya dan dibunuh pada akhirnya. Sepertinya cerita ini sudah dikarang. Tapi pangeran tidak punya bukti dan tidak ada waktu untuk menyampaikan pendapatnya. Waktu beraksi dan mengumpulkan orang kepercayaan pangeran. Yang pertama Song Man-bo, yang hidup sebagai playboy karena kelahirannya yang tidak sah membuatnya tidak boleh mendapatkan jabatan di pemerintahan. Tapi dia terpelajar dan pintar dan telah memecahkan banyak kasus pembunuhan. Sekarang Yi Gak mencarinya untuk memecahkan kasus pembunuhan lagi. Selanjutnya, Yi Gak menyelamatkan seorang pria dari eksekusi mati: Woo Yong-sool, yang dituduh membunuh seorang bangsawan yang membunuh ibu dan menyiksa adiknya. Lebih jauh, Yong-sool juga membunuh 7 penjaga bangsawan itu dan sekarang kehebatan pedangnya akan membantu Yi Gak. Lalu ada Do Chi-san, yang kita temui berdanda ala gisaeng dan sedang pipis dengan gaya cowok. Dia dibesarkan sebagai seorang kasim di istana tapi dia diusir karena terlalu dekat dengan dayang. Tapi… dia tetap saja kasim. Dia bagian dari jaringan gisaeng yang terkenal dan tahu banyak info tentang orang2 pemerintahan.
Sekarang trio ini dikumpulkan dengan pakaian yang sangat berbeda dari sebelumnya yang menjadi cirri khas mereka. Mereka di bawa ke istana atas perintah pangeran. Yi Gak mengajak mereka ke tempat saat putri menghabiskan waktunya sebelum meninggal, yang sebenarnya tidak normal. Bu-yong mampir untuk memberikan jawaban teka-teki itu, pangeran minum, lalu tertidur. Ketika dia terbangun, putri sudah pergi.
Man-bo melacak langkah2 tuan putri, dan melaporkan kalau mungkin saja dia diracun. Putri bisa saja berjalan ke kolam sebelum racunnya bereaksi, lalu jatuh ke kolam. Yong-sool melihat adanya keterlibatan bubuk arsenic, yang menghilang saat dia tiba. Sepertinya seseorang sedang berusaha menutupi jejak. Tapi dengan info ini, para penyelidik ini mempersempit bukti: buah kering dengan racun di atasnya. Chi-san tetap mendengarkan semua info seputar kematian sang putri, mendengar semua gossip yang beredar di masyarakat hingga mampu melacak seorang saksi. Yi Gak ingin langsung pergi menemui saksi itu, jadi keempat orang itu berangkat malam2 sekali, dan tiba di sebuah tempat pertemuan di hutan.
Tapi saat mereka tiba, mereka disergap. Anak panah beterbangan dalam kegelapan dan Yong-sool mulai beraksi, menyelamatkan kelompoknya dari para penyerang. Pangeran dan anak buahnya tetap memacu kuda mereka sambil terus dikejar oleh orang2 tak dikenal itu yang tetap menembakkan anak panahnya.
Berita buruk: mereka mendekati ke ujung, dan tiba di tebing. Tanpa piliha, Yi Gak memacu kudanya lebih kencang agar mereka bisa melompati jurang menuju ke tebing di sebelahnya. Tapi waktu melayang di udara, para pria itu malah tetap terbang menjauh… saat itu gerhana bulan. Kudanya turun di tanah dengan selamat tapi keempat orang itu menghilang. 2012. Dua tahun sudah berlalu sejak Tae-yong meninggal dan Park-ha kembali ke Korea. Park-ha telah mendapatkan kehidupan yang sederhana, membuka toko kecil di pasar. Dia baik dengan ibu tirinya dan Se-na masih tetap licik dan ketus seperti biasanya.
Ibu dan Se-na pergi dan Park-ha menutup tokonya. Dia pulang ke rumah lotengnya, dia begitu gembira saat berjalan menuju rumahnya yang nyaman. Kemudian sebuah pemandangan aneh terlihat: empat pria berdandan aneh duduk di ruang tamu rumahnya, masih berselimut cahaya bulan.
Park-ha bertanya siapa mereka, yang membuat keempat orang itu tersadar. Park-ha memakai tameng sebuah wajan dan keempat pria itu melompat ketakutan.

0 komentar:

Posting Komentar