Sabtu, 21 April 2012

Sinopsis Rooftop Prince Episode 3

Nenek dengan penuh semangat mengumumkan kalau Tae-yong telah kembali padahal sebelumnya dikira sudah meninggal. Tae-mu kaget sekali, sebab dialah orang yang telah membunuh Tae-yong.
Secara alami, Pangeran Yi Gak tidak tahu siapa orang2 ini dan memindahkan tangan nenek dari tangannya, sambil mengatakan kalau nenek salah orang. Nenek berkeras kalau Yi Gak adalah Tae-yong. Karena itulah, dia pasti kenal neneknya.
Yi Gak merasa kesal karena sikap nenek dan mengatakan kalau dia belum pernah melihat nenek sebelumnya. Nenek memukul dada Yi Gak, meminta Yi Gak agar dia sadar dan secara mengejutkan, Yi Gak mendorong nenek. Tae-mu melangkah maju dan menarik baju Yi Gak, bertanya siapakah Yi Gak sebenarnya.
Di luar rumah, Park-ha mendekati saudara tirinya. Se-na, seperti biasa, berusaha mengusir Park-ha – dia tidak terima kalau Tae-mu melihat Park-ha lagi. Teriakan pangeran menggema di udara dan anak buah pangeran sadar akan arti teriakan itu. Mereka berlari masuk ke dalam rumah berteriak: Pangeran! Saat itu pula, Tae-mu akan mendorong Yi Gak ke dinding. Yong-sool (Pria Biru) menarik sang penyerang dan melempar Tae-mu ke peti kaca, yang membuat nenek pingsan.
Para anak buah pangeran, mengamankan Yi Gak dan Park-ha tergagap melihat kekacauan yang terjadi, Tae-mu mengusir Park-ha dengan penuh amarah.
Saat mereka berkendara, Park-ha memarahi Yi Gak karena berkelahi ketika sedang bekerja. Park-ha juga mengingatkan Yi Gak kalau dia sudah memperingatkan Yi Gak berhenti menggunakan kata2 itu seperti ‘Keji’ dan ‘Bajingan!’ – sebab orang2 cenderung marah saat disebut seperti itu.
Dan apa yang dilakukan ketiga pria lainnya di bak belakang mobil? Mereka menempelkan wajah mereka ke jendela kaca, melihat penuh simpati pada pangeran mereka yang dimaki-maki Park-ha.
Yi Gak berkata kalau Park-ha terlalu cerewet, tapi Park-ha malah menginjak rem keras2 saat lampu merah dan mengalihkan pandangan pada Yi Gak, yang membuatnya ketakutan. Park-ha memperingatkan Yi Gak agar tidak berkeliaran menggunakan banmal dan memanggil orang lain dengan nama mereka.
Yi Gak tidak terima dimarahi seperti itu. Jadi dia menyelamatkan kehormatannya dengan menunjuk lampu jalan yang sudah berubah hijau dan menyuruh Park-ha untuk jalan.
Nenek meratapi pertengkaran itu, mengatakan kalau sesuatu telah terjadi pada Tae-yong dan mereka seharusnya berbicara dengan tenang padanya. Tae-mu mengatakan kalau pria itu bukan Tae-yong tapi nenek yakin kalau dia benar. Nenek mengatakan kalau Tae-yong berusaha mencari jalan pulang. Nenek bahkan memerintahkan Tae-mu membawa Tae-yong kembali. Kemudian nenek berubah pikiran. Dia akan menyuruh sekretarisnya, Se-na, untuk membawa Tae-yong kembali. Tae-mu terlihat putus asa, sedangkan nenek memerintahkan Se-na membawa petugas pindahan itu padanya.
Park-ha mencari-cari pakaian baru di kotak baju donasi di dekat rumahnya, untuk diberikan pada Man-bo, Chi-san, Yong-sool, dan tentu saja Yi-gak. Park-ha mengatakan kalau pakaian mereka yang sekarang memancing pandangan aneh. Yi-gak terlihat kesal waktu Yong-sool menerima kaos dari Park-ha, dan senang waktu Man-bo menolak dan lebih memilih baju yang dipakainya.
Man-bo yang sudah bosan akhirnya mulai mencari-cari baju sendiri dan Chi-san sudah sangat ingin berganti – Park-ha harus menghentikannya sebelum dia melangkah ke jalanan. Selera Chi-san perlu dipertanyakan, sebab dia mengambil setelan berwarna kuning. Man-bo: tapi apa setelan itu tidak terlalu mencolok? Chi-san: Apa yang salah dengan mencolok?
Yi-gak sebenarnya tidak suka diabaikan. Soalnya, waktu Park-ha berbalik padanya, Yi-gak seolah-olah sudah siap dipilihkan baju. Tapi Park-ha berubah pikiran – biarkan saja, salah satu dari mereka bisa mengenakan baju olahraga. Toh, sudah tidak terlihat aneh lagi. Hijau, Biru, dan Merah mulai melangkah pergi, senang dengan baju2 pilihan mereka. Sedangkan Yi-gak tetap berdiri di sebelah tempat donasi. Dia kemudian menarik sebuah baju berwarna hitam, tapi selanjutnya mengembalikannya ke tempatnya,. Dia mulai bersikap cuek lagi. Berikutnya, kotak sepatu. Sekali lagi Yi-gak berpura-pura kalau dia tidak tertarik, padahal dia sebenarnya melirik sepatu2 yang ada. Park-ha menemukan sepasang sepatu untuk Yong-sool dan kemudian Chi-san datang berlari sambil membawa temuannya: boot yang cocok bagi seorang raja. Yang lainnya memberikan pujian pada penemuan Chi-san itu. Padahal sebenarnya hanya boot biasa. Tae-mu memikirkan kembali pertemuannya dengan Park-ha dan meminta anak buahnya untuk melacak keberadaan Park-ha. Ini masalah pribadi jadi anak buah Tae-mu itu berjanji akan menjaga rahasia. Park-ha membawa para pria Joseon ke sebuah gedung dan memerintahkan mereka berganti pakaian di toilet. Tapi dia tidak memberitahu toilet itu dimana. Saat mereka jalan, sebuah lift terbuka yang membuat Yong-sool melompat waspada. Tapi Man-bo tetap tenang dan mengingatkan kalau mereka sudah belajar tentang benda seperti itu tempo hari.
Chi-san melihat ke dalam lift yang kosong, ada empat dinding dan menyarankan: aku rasa kita bisa berganti pakaian disini. Wkwkwkwk… polos banget! Lift ini membawa mereka ke lantai tiga: ruang aerobik!
Para wanita yang menunggu di depan lift berteriak melihat keempat pria Joseon yang berganti baju di dalam lift. Bahkan ada yang mendekat dan pria2 di dalam lift sangat trauma! Mereka cepat2 memakai pakaian, sebelum pintu terbuka lagi. Tapi tidak cukup cepat. Naik dua lantai, dan anak sekolah yang sedang bercanda di depan lift melihat pemandangan yang sama. Para gadis itu berteriak: Daebk! Lalu mengeluarkan kamera mereka. Mereka melempari pria yang membawa makanan ringan dan berteriak: pengganggu! Park-ha merasa khawatir dan masuk ke dalam gedung mencari pria2 Joseon. Dia bertanya pada satpam: Apa kau melihat empat pria aneh? Penjaga itu menunjuk ke kamera keamanan, di dalam lift. Jadi ketika pintu terbuka, Park-ha sudah berdiri kesal dihadapan mereka. Anehnya, mereka terlihat tenang. Meski begitu, rasa tenang Yi-gak keluar lewat teriakan kesalnyanya. Yi-gak: Kenapa kau begitu lama?!!! Saat mereka melewati istana Changdeokgung lagi, Yi-gak berkeras agar Park-ha berhenti. Park-ha punya hal yang lebih penting ketimbang membobol pintu istana yang sudah ditutup, jadi dia melanjutkan perjalanan untuk melakukan pekerjaannya. Yi-gak tentu saja diam, menolak bekerja. Park-ha akhirnya menemukan caranya: jika Yi-gak mau bekerja, dia akan membawanya ke istana.
Ajaib. Yi-gak bersumpah kalau dia akan bekerja keras, bergabung dengan yang lain membersihkan toko. Lucunya, Chi-san, Man-bo, dan Yong-sool mencoba mengambil semua pekerjaan Yi-gak agar dia tidak bekerja. Mereka mengambil alih barang bawaan Yi-gak dan berjanji akan bekerja ekstra keras. Tae-mu melacak keberadaan Park-ha hingga di toko dan melihat dari kejauhan ketika para pria Joseon sedang bersih2. Yi-gak bekerja dengan rajin hingga tangannya terluka oleh rak baja, yang membuat ketiga pria lainnya histeris saat melihat darah. Man-bo meminta Yi-gak mengangkat tangannya tinggi2 (aku juga sering melakukan ini kalau tangan lagi terluka), jadi dia bisa menahan darahnya sejauh yang dia bisa.
Park-ha tertawa dan pergi ke apotek, dan mengenali Tae-mu yang berdiri disana, dia minta maaf atas kejadian sebelumnya. Mereka minum kopi bersama dan Park-ha mengatakan dia akan mengganti rugi atas kerusakan yang ada, tapi Tae-mu mengatakan kalau hal itu tidak perlu. Tae-mu bertanya soal karyawan Park-ha yang berbaju merah, dan Park-ha hanya mengatakan kalau dia hanya pekerja biasa dan memberikan jaminan kalau dia belum pernah ke rumah Tae-mu sebelumnya. Tae-mu meminta kalau seandainya Park-ha mendapat telpon yang menyuruh pekerja berbaju Merah dibawa ke rumah nenek, maka Park-ha harus menjawab kalau dia tidak tahu dimana pekerja itu. Tae-mu cukup pintar menangani masalah ini dengan mengatakan pada Park-ha kalau kerusakan itu memerlukan uang ganti yang banyak. Jadi kalau Park-ha bisa memenuhi permintaannya, maka dia akan mengurus kerusakan itu sendiri. Lalu Tae-mu memberikan kupon mahal dari perusahaannya, menyebutnya sebagai bagian dari event promosi perusahaan. Se-na tiba di dekat rumah Park-ha mencari saudara tirinya itu. Dia diberitahu alamat itu oleh ibunya. Se-na melewati Yi-gak, yang masih menaikkan tangannya tinggi, tapi karena Yi-gak tidak lagi berbaju merah, dia tidak mengenalinya. Setelah menemukan Park-ha, Se-na bertanya informasi soal si baju Merah. Park-ha menjawab kalau dia tidak tahu nama orang itu atau tempat tinggalnya, soalnya dia hanya pekerja harian.
Park-ha memberikan perban pada luka Yi-gak, yang terlihat kesakitan. Wkwkwkw… Se-na dan Tae-mu makan malam. Se-na bertanya apakah si baju Merah memang mirip sepupu Tae-mu yang sudah lama hilang. Tae-mu berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia juga mengatakan kalau sudah dua kali nenek mengatakan kalau dia melihat Tae-yong.
Tae-mu sepertinya punya perasaan yang tulus pada Se-na. Dia bahkan mengatakan ingin mengajak Se-na liburan ke London, untuk menemuinya ibunya disana. Tapi Se-na menolak, dan mengatakan kalau dia masih bisa menemui ibu Tae-mu saat dia kembali ke Korea. Sedangkan di rumah, Park-ha mengajari para pria Joseon huruf Hangul!
Keesokan harinya, Park-ha mengajak Yi-gak ke istana, sesuai janji. Istana penuh dengan turis, tapi bagi Yi-gak, tempat itu punya arti yang mendalam. Para pengunjung seolah-olah menghilang saat Yi-gak memandangi kolam dimana dia kehilangan tuan putri. Park-ha menemukan Yi-gak sedang menangis di pinggir kolam, meski begitu dia mengabaikan air mata Yi-gak dan menawarinya kopi. Yi-gak menyesap kopinya dan gemetar merasakan betapa pahitnya kopi itu.
Park-ha menerima telpon dan dia harus pergi ke suatu tempat dengan kereta. Dia harus menarik Yi-gak menaiki benda metal berjalan itu. Ketika kereta berjalan, Park-ha mulai bicara dengan bahasa modern. Dia bertanya kenapa Yi-gak menangis sebelumnya dan Yi-gak batuk2 karena saking malunya, mengatakan kalau kopi itu membuatnya menangis. Park-ha mengatakan kalau Yi-gak sudah menangis sebelum itu dan Yi-gak akhirnya menunjukkan kepanikan: Park-ha tidak boleh mengatakan ini pada anak buahnya. Mereka tidak boleh tahu dia menangis! Park-ha menguasai situasi dan menggunakan itu sebagai ancaman agar Yi-gak berhenti menggunakan bahasa kuno-nya lagi. Yi-gak menurut dan memesan makanan dengan gaya bicara Park-ha.
Mereka tiba di tempat tujuan untuk bertemu kenalan Park-ha. Ternyata dia punya janji dengan petani strawberry untuk menjualnya di tokonya. Sayangnya, Park-ha tidak mendapat memo yang memungkinkannya mendapat harga murah. Jadi dia harus memetik sendiri, yang memerlukan tangan yang banyak! Park-ha punya tangan tambahan tapi dia harus mengancam mengusirnya dari rumah dulu agar mau bekrja. Yi-gak menolak bekerja, meninggalkan Park-ha memetik buah sendirian, yang bergumam kalau dia akan mengusir Yi-gak. Pangeran berkeliaran di kota, berhenti untuk membaca tanda yang ditulis dalam huruf Hanja, yang jatuh dan pecah di tanah. Penduduk yang lewat memandangi Yi-gak, dan Yi-gak membela diri dengan mengatakan kalau bukan dia yang melakukannya, dengan bahasa modern tapi dengan intonasi saeguk. Berikutnya, Yi-gak duduk dengan kuas dan tinta kaligrafi. Pada awalnya warga yang marah terlihat kesal, tapi saat Yi-gak mulai menulis, mereka terpesona pada indahnya tulisan Yi-gak. Dia tidak hanya mengganti tanda itu tapi juga menciptakan karya seni.
Yi-gak kembali ke kebun buah dengan senang sambil makan es dan bahkan memberikan satu untuk Park-ha. Dia terlihat bangga pada dirinya sendiri, tapi Park-ha kesal dan membuangnya, menuduh Yi-gak meninggalkan pekerjaannya. Saat mereka kembali, Yi-gak diusir. Tiba2, beberapa warga tiba, siap membayar artis mereka dengan memetik buah, yang dipimpin oleh manager kebun buah itu. Park-ha kaget, sedangkan Yi-gak terlihat puas. Yi-gak lalu mengambil es yang satunya lagi dan memakannya.
Tenaga ekstra itu membuat mereka menyelesaikan pekerjaan lebih awal, jadi mereka pergi ke taman hiburan sambil menunggu kereta. Yi-gak kagum pada gulali! Park-ha memutuskan kalau dia ingin main untuk mendapatkan sebuah boneka binatang dan mulai melakukannya. Park-ha gagal dan Yi-gak ingin mencobanya. Mereka berdua begitu tersedot ke dalam permainan itu hingga akhirnya menang.
Yi-gak suka sekali gembar gembor bagaimana dia sudah membantu Park-ha. Dia sudah memberikan bantuan besar dalam memetik buah! Park-ha jelas terganggu dan dia punya ide! Park-ha bertanya apakah Yi-gak ingin makan permen lagi dan Yi-gak mengiyakan. Park-ha menunjuk sebuah stan, mengatakan kalau Yi-gak tidak boleh memakan kulitnya tapi isi di dalamnya sangat manis. Park-ha membelikan Yi-gak sebuah balon!
Park-ha tidak meledakkan balon itu tapi Yi-gak disuruh untuk menghisap isinya. Yi-gak: Ini sama sekali tidak manis! Park-ha meminta tetangganya, Becky dan Lady Mimi untuk memberi makan ketiga pria yang lain. Mereka memberikan ketiga pria itu burger dan kentang goreng. Park-ha menelpon untuk memeriksa keadaan dan mereka menyerahkan hp kepada ketiga pria Joseon, yang melihat pangeran di layar hp. Ketiga pria ini langsung berlutut!
Di dalam kereta saat perjalanan pulang, Park-ha terkantuk-kantuk di bahu Yi-gak dan Yi-gak malah menggeser kepalanya menggunakan jari. Hal itu membuat penumpang lain memandang kecewa dan hal itu membuat Yi-gak sadar. Jadi ketika Park-ha bersandar lagi, Yi-gak berusaha menahan dirinya.
Dengan kupon gratis, Park-ha membawa ibu tirinya ke toko untuk berbelanja. Mereka berdua kaget melihat harga barang2 disana, tapi Park-ha memberikan kupon itu dan meminta ibu untuk membeli apa saja yang dia mau. Tae-mu dan Se-na juga ada disana, sedang menerima laporan belanja dan Tae-mu yang pertama kali mengenali Park-ha. Se-na membeku – dia tidak boleh ketahuan bohong – dan dia pergi untuk menyembunyikan ibunya sebelum yang lain melihat. Se-na mengajak ibu ke makan siang ulang tahunnya dimana Park-ha menyusul mereka disana.
Park-ha menemani ibu ke kamar mandi, dan selagi mereka pergi, Se-na melihat surat terselip dari tas Park-ha. Apapun itu, surat itu membuatnya takut dan dia keluar dari restaurant! Ibu menggunakan kesempatan itu untuk membicara pria berbaju Merah. Dia mengatakan kalau masalah itu bukan soal kerusakan tapi CEO yang ingin Se-na menemukan si Merah. Jadi bisakah Park-ha membantu?
Nenek dan Tae-mu mendapatkan beritanya: si Merah telah ditemukan dan sedang dibawa ke kantor CEO. Ini membuat Tae-mu berlari untuk menghentikannya dan dia menemui Se-na yang menunggu si Merah di lobi. Tae-mu menawarkan diri untuk menggantikan Se-na jadi dia bisa memeriksa persiapan peragaan busana. Park-ha dan Yi-gak tiba di kantor itu dan Park-ha menuntun Yi-gak ke dalam untuk bertemu dengan CEO. Tae-mu dengan cepat menemukannya dan mencoba mengajaknya keluar tapi sebelum dia berhasil, Bibi sampai disana dan kaget melihat kemiripan wajah Yi-gak dengan Tae-yong. Dia mengajak Yi-gak ke atas, mengacaukan rencana Tae-mu.
Mereka kaget melihat Yi-gak dan untuk menenangkan suasana, sekretaris menawarkan kopi. Yi-gak berteriak: Aku tidak akan minum kopi. Tidak akan. Bawakan aku minuman manis! Ketika ditanya nama, Yi-gak mengatakan namanya dan menambahkan kalau dia mencari tuan putri, yang membuat semuanya tertawa. Yi-gak mengatakan kalau dia tidak kenal nenek. Paman bertanya apa yang dia lakukan selama dua tahun ini. Yi-gak mulai mengatakan yang sebenarnya sampai dia ingat kata2 Park-ha agar tidak mengatakan kehidupan Joseonnya. Jadi Yi-gak hanya berkata: Bagaimana aku tahu apa yang terjadi dua tahun yang lalu? Aku tidak ingat.
Nenek kecewa sedangkan Yi-gak meminum yogurt-nya dengan heran. Paman berpikir kalau dia hilang ingatan dan Tae-mu hanya menyeringai – tapi nenek menangis. Sambil memegang tangan Yi-gak, nenek berkaya tidak peduli siapapun dia, tapi bisakan dia menjadi cucunya, Tae-yong? Yang memberitahu nenek agar melepaskan Tae-yong. Tae-mu mengajak Yi-gak keluar, merasa tenang sekarang sebab ketakutannya tidak terjadi. Dia memberikan ongkos taksi, yang ditolak Yi-gak, sambil memegang 10 botol yogurt, berkata kalau itu saja cukup. Saat sampai di lobi, Yi-gak melihat fashion show dan dia menganga sebab yang dia lihat adalah bikini dimana2!
Lalu pemandangan yang lebih mengejutkan: Se-na, di samping panggung, mengarahkan acara. Yi-gak langsung berlari sambil berteriak mendekati Se-na: Tuan Putri! Yi-gak bahkan mendorong orang2 di dekatnya dan saat sampai di dekat Se-na, dia langsung memeluknya.
Se-na, di sisi lain, tidak tahu siapa pria itu atau apa yang dia lakukan. Karena kaget, dia mendorong pangeran lalu menampar pipinya!
Yi-gak memohon agar Se-na mau memandanganya, seolah-olah Yi-gak tidak percaya kalau Se-na tidak mengenalinya lagi. Penjaga menarik Yi-gak. Ini sama dengan adegan ketika Yi-gak ditarik pergi oleh penjaga saat dia melihat putri mengambang di kolam.

2 komentar:

Cindy mengatakan...

ceritanya daebak!! Jangan lupa post episode slnjtnya y :D

Cindy mengatakan...

ceritanya daebak!! Jangan lupa post episode slnjtnya y :D

Posting Komentar